Standard

LIVE spells backward into EVIL
While EROS reverse SORE
And we should never forget the SIN in SINCERE
or the CON in CONFIDENCE
Let’s tighten up the slack sentimentality

– Kosinski 1988:159 –

2 perempuan

Standard

Tersebutlah maka pada suatu kejadian. 2 perempuan duduk bersama, dengan isi kepala berbeda. 2 perempuan menghela nafas bersamaan, atas nama harapan.

Perempuan 1
Tapi aku sedang bersedih. Tidak bolehkah air mata ini kubebaskan?

Perempuan 2
Pikirlah barang sebentar. 2 atau 3 tarikan nafas sebelum mulai menangis. Apa yang membuatmu perlu
menangis?

Perempuan 1
Tak tahulah. Semua ini hanya membuatku pusing. Aku benar-benar tak tahu lagi.

Perempuan 2
Maka bersabarlah. Carilah di dalam hatimu, mengapa kau merasa perlu menangis?

Perempuan 1
Tidak cukupkah semua ini, masih belum cukupkah duka ini?

Perempuan 2
Duka, duka apa yang kau tangisi? Kau baru saja terjaga, bukankah itu berkah? Tak cukup lagikah dunia beserta isinya untukmu? Hidup terbentang kembali di hadapanmu.

Perempuan 1
Tapi mimpi semalam telah pergi, dan mungkin tak akan pernah kudapat kembali. Semuanya usai, mungkin tak akan pernah lagi menghampiri jalanku.

Perempuan 2
Bersyukurlah untuk itu. Setiap pagi akan membawa awal yang baru. Di bawah terangnya matahari segala sesuatu menjadi jelas kau pandangi. Seumur hidupmu tak akan pernah lagi hal yang persis sama berulang. Bukankah itu berkah. Setiap peristiwa akan menjadi penanda untuk setiap masa yang berbeda.

Perempuan 1
Aku tak pernah butuh sebanyak itu peristiwa. Aku hanya perlu satu, seperti yang semalam.

Perempuan 2
Itu katamu pagi ini. Minggu depan kau bahkan tak akan mengingatnya lagi. Petualangan baru akan siap menarik tanganmu.

Perempuan 1
Aku bukan jenis yang bertualang. Aku rindu berlabuh.

Perempuan 2
Pada apa? Pada pelabuhan kosong yang telah terlupakan, bahkan oleh pemiliknya? Atau pada pantai yang tak benar-benar pernah ada? Hanya secarik ilusi di ujung kaki malam? Pada pantai yang hanya buah dari kata-kata kosong, cerita usang dari macam-macam mulut pelaut yang berharap bisa menghibur perempuan-perempuan muda sepertimu?

Perempuan 1

Perempuan 2
Cerita usang yang telah termakan kala pada perempuan-perempuan yang bahkan tak pernah berlayar? Yang hanya memandangi perahu kokoh bertiang tinggi menjulang dengan layar terkembang tetapi terlalu jauh untuk dapat kau naiki? Memandang rindu akan janji yang dipanggil oleh pantai-pantai ramai?

Perempuan 1
Bukan, hanya berlabuh padanya. Pada dia yang bersampan bisu melintas dalam mimpiku.

Perempuan 2
Sampan bisu? Sampan semu maksudmu? Yang bahkan tak memiliki layar itu? Janji apa yang ia tawarkan padamu? Bahkan ia hanya mampu hadir di dalam mimpimu, tak sanggup berjalan di bawah sinar matahari. Hanya berani mengendap-endap dalam mimpimu saja. Apa ia tawarkan pun tak sepenuhnya miliknya, semuanya sumbangan darimu. Dia tak menawarkan apapun padamu, dengar kata-kataku, ia hanya butuh mengambil darimu. Itulah mengapa ia bisu, dan semu.

Perempuan 1
Tapi itu cukup buatku. Itu akan mengisi kosongnya hatiku. Ia bercerita banyak padaku.

Perempuan 2
Dengarkan aku, hai perempuan. Ceritanya bukan kisah tentang kalian. Kisahnya hanya meminjam kata-katamu. Usang dan berdebu. Kisahnya hanya menjemput apa yang telah lama kau rindu.

Perempuan 1
Cukup, itu sudah cukup buatku.

Perempuan 2
Dengarkan aku, perempuan. Jangan kau tutup telingamu. Percuma. Suaraku akan tetap mampu kau dengar. Suaraku suara semua perempuan. Kau juga adalah perempuan, maka ini juga suaramu.
Kita, aku dan kau, kita perempuan, dengarlah. Perempuan adalah pemangku hidup. Dialah yang memangku kehidupan. Maka bangunlah, tempuh jalanmu. Jadilah kau perempuan sebelum kau pilih laki-lakimu. Kau dengar aku? Ya, sebelum kau menjatuhkan pilihan. Jadilah dirimu. Laki-laki akan datang membawa tawaran, tapi perempuanlah yang menjatuhkan pilihan. Bahkan jika akhirnya kau tak kunjung menjatuhkan pilihan, harus kau pastikan itulah pilihanmu. Rajutlah layarmu. Jalin jalamu. Siapkan bekalmu. Biarkan dia membangun perahu untukmu. Biar dibuatnya tiang yang kokoh menjulang untuk layarmu. Bantulah ia menjala. Biarlah ia yang menjadi kemudi, kau dayungnya. Dan jika tiba saatnya sampai jugalah pantai itu kau raih, tidak sendiri, tapi bersamanya. Tiba tidak di saat malam tak berbulan, tapi saat matahari tinggi di atas sana dan langit bersih berwarna biru.
Kau dengar aku?

Perempuan 1
Tapi bersamanya aku tak perlu lagi merajut layar, tak lagi menjalin jala. Perahunya menanti di ujung sana. Dan sungguh aku tak peduli gelap ataupun terang.

Perempuan 2
Baiklah, jadi apa yang menunggumu? Mengapa kau tak kunjung juga beranjak pergi? Karena dia tak lagi mau menunggumu? Karena kau tidak lagi satu-satunya? Karena dalam hitungan hari kau menjadi kurang berarti?
Kau lihat, hanya itulah yang mampu ia tawarkan. Hanya sepanjang waktu mimpimu. Ia bahkan tak ingin kau terjaga.

Perempuan 1
….

Perempuan 2
Sebaiknya kau lepas saja mimpimu itu. Cukuplah sudah semalam saja. Marilah kembali berjalan di bawah sinar matahari. Siapkan dirimu terhadap apa yang tersedia di bawah matahari. Bahkan lautpun akan terlihat lebih kemilau di bawah sinarnya. Dan siapa tahu, kali ini bukan hanya sampan yang akan melintas.

Semuanya tidak benar!

Standard

Tulisan ini saya tulis saat saya tidak lagi benar-benar marah. Sudah lewat masanya, sudah muak juga rasanya. Sekarang karena sudah reda, waktunya bercerita. Keterlaluan mereka, benar-benar keterlaluan. Siapa mereka yang saya sebut-sebut di sini? Mereka adalah provider layanan internet berbasis GSM. Semua? Yah, hampir semuanya. Saya tahu pasti ada yang tidak setuju. Karena setiap kali saya pasang status mengomel-omel mengenai hal ini, selalu saja ada teman yang memberikan usul, pakai layanan dari A saja, atau B saja. Menurut teman-teman, mereka tidak pernah punya masalah dengan beberapa provider tertentu. Yah, sayangnya saya tetap saja marah dan tidak bersedia mencoba-coba lagi. Mungkin saya bukan hanya marah, murka lebih tepatnya. Dan saya merasa sakit hati, tertipu, dan juga dibohongi.

Saya memang cerewet terhadap semua produsen (apapun) yang menawarkan jasa atau produk yang tidak pernah sesuai dengan apa yang mereka janjikan di dalam iklan-iklannya. Lebih dari itu saya adalah konsumen yang cukup sadar hak saya, serta tidak segan menghubungi bagian komplain (jika perlu berkali-kali), walaupun tidak selalu mendapatkan apa yang saya tuntut. Tetapi biasanya dengan strategi menyampaikan komplain yang benar dan tepat, rata-rata produsen akhirnya bisa memberikan apa yang seharusnya menjadi hak saya, minimal yang saya dapat biasanya adalah layanan yang ramah dan cukup helpful yang disertai permintaan maaf (yang sebenarnya tidak membantu mengatasi masalah, tetapi saya merasa cukuplah didengarkan).

Selama ini saya pelanggan sebuah provider selama lebih dari 10 tahun. Mula-mula saya hanyalah pelanggan prabayar, sama halnya seperti jutaan orang lainnya di Indonesia. Setelah cukup lama menjadi pelanggan prabayar, saya memutuskan hijrah menjadi pelanggan pascabayar karena merasa sudah waktunya. Saya perlu menyebutkan bahwa selama saya menggunakan jasa provider ini (dan sampai sekarang) saya selalu dilayani dengan baik oleh para petugas atau operator dari bagian komplain. Mereka tetap yang terbaik dibandingkan provider lainnya dalam melayani pelanggan ; selalu bisa dihubungi 24 jam (provider lain harusnya belajar dari mereka), sopan, helpful, dan ramah tanpa berlebihan.

Saat kemudian tersedia layanan internet melalui provider ini, saya memutuskan untuk memanfaatkannya. Maka tanpa bermodalkan modem, saya berlangganan paket yang paling ekonomis, dengan memanfaatkan handphone sebagai modem. Setelah beberapa waktu merasa cukup puas dengan kualitas layanan internetnya, saya memutuskan untuk membeli modem dan tidak lagi menggunakan handphone tua saya sebagai modem. Saat itu saya merasa optimis sekali kualitas layanan internet yang akan saya dapat pasti lebih baik. Modem yang saya beli cukup baik, Huawei tipe E1550, dan saya menggunakan kartu GSM Broadband serta membayar 199 ribu rupiah per-30 hari, mendapatkan kuota unlimited (yang kemudian dijelaskan hanya 1,5 G saja ternyata), dan kecepatan akses yang lumayan. Apa yang kemudian terjadi sungguh-sungguh menjengkelkan. Kualitas layanan internet yang saya dapat tidak seperti yang dijanjikan. Hanya 2 minggu pertama saya praktis tidak mendapat masalah, dan kemudian mulailah serangkaian masalah yang membuat saya berkali-kali menghubungi layanan pelanggan. Pernah saya dalam 1 hari alias 24 jam menghubungi bagian komplain sampai 8 kali. Mulanya yang saya alami adalah layanan yang tidak lebih cepat dari layanan yang berharga 99 ribu, dengan kata lain tak ada bedanya seperti sewaktu saya masih menggunakan handphone sebagai modem. Lalu secara berangsur-angsur menjadi jaaauh lebih lambat. Contohnya, untuk log-in ke Facebook saya butuh lebih dari 5 menit. Setelah berhasil masuk, saya butuh lebih dari 10 menit untuk membuka message, atau mau melihat profile, itupun tidak selalu berhasil. Sering kali bahkan tiba-tiba layar laptop menjadi abu-abu, dan ada tulisan can’t connect to the server. Hal ini berlaku sama, juga untuk situs-situs lainnya. Perlu saya tambahkan, download youtube atau situs lainnya yang banyak gambarnya lebih mustahil lagi. Hasilnya saya semakin sering mengomel, karena tiba-tiba tulisan yang sedang saya kerjakan untuk blog atau artikel yang harus saya kirim, gagal di-upload dan hilang begitu saja. Bahkan saya perlu lebih dari 1 jam untuk upload foto yang besarnya hanya 250 kb. Tak masuk akal untuk harga yang saya bayar perbulan.

Saya tidak punya keluhan bagaimana mereka melayani saya, semua tetap ramah dan mencoba membantu sepenuh hati. Tetapi sayang, tidak satupun berhasil. Semua saran mereka sudah saya lakukan. Di bawah ini akan saya sebutkan saran-saran tersebut, mulai dari :
1. Coba kartu GSM-nya dikeluarkan dari modem, di-lap, digosok yang bersih, dan ditiup-tiup.
Memangnya sejorok apa sih kartu GSM saya? Dan apa pengaruhnya sebenarnya terhadap konektivitas? Apa jika berdebu bisa sampai tidak berguna sama sekali itu kartu? Aneh sungguh aneh sarannya, tetapi yah okelah, saya lakukan, sambil merasa bodoh sekali saya melakukannya. Hasilnya, tidak ada.
2. Coba layanan dimatikan dulu selama beberapa waktu, nanti kami akan coba me-reset dari sentral.
Oke, saya pikir masuk akal. Mereka akan me-refresh jalur data saya. Saya lakukan, dan hasilnya juga tak ada!
3. Coba modemnya di-refresh sendiri.
Saya lakukan, dan tetap tanpa ada bedanya.
4. Coba sekarang memilih layanan dari menu di dalam modem yang menganjurkan searching layanan secara manual.
Juga saya lakukan. Memakan waktu sedikit lama, tapi yah sudahlah saya lakukan saja. Ada hasilnya? Ada perubahan kecepatan? Tidaaaak!
5. Coba sekarang modemnya di-reinstall, mungkin ada masalah dengan setting pertamanya.
Oke, ini sudah parah berarti. Baiklah, modem saya reinstall. Ada perbedaan kecepatan layanan internet? Juga tidaaaak!!!!

Saat itu saya sudah benar-benar marah. Saya minta bicara dengan supervisor di bagian komplain, karena walaupun mereka menyebutkan bahwa seluruh percakapan akan direkam untuk kepentingan konsumen, nyata sekali saya tetap tidak terbantu. Apalagi kemudian salah satu operator yang melayani saya menyebutkan kalau ternyata selama 2 bulan ini jalur yang diset untuk nomer saya masih jalur GPRS biasa, belum diset untuk layanan broadband. Whaaaat???!!! Ternyata saya membayar layanan yang lebih mahal tetapi mendapatkan layanan standar. Sialan!! Rugi saya rasanya, walaupun Mbak Operator tersebut berkali-kali minta maaf untuk kekeliruan ini dan dengan segera berjanji memprioritaskan penanganan kasus saya ini secepat mungkin. Ketika esok harinya saya menelfon kembali, mereka mengakui layanan sudah di-set untuk broadband. Tetapi tahukah anada mengapa saya menelfon lagi? Karena tetap, tetap tidak ada perubahan kualitas. Kecepatan akses masih tetap rendaaaaah! Masalah saya sama sekali tidak berubah setelah semua saran yang dianjurkan oleh mereka saya lakukan. Dan saya tetap saja hanya mendapatkan permohonan maaf berkali-kali yang sungguh, sungguhlah sopan itu. Tetapi yang saya butuhkan bukan hanya maaf saja. Saya butuh layanan internet seperti yang dijanjikan, yang mudah, murah, cepat dan di mana saja itu!

Ujung-ujungnya, saya memutuskan akan berhenti saja memanfaatkan jasa mereka setelah dirugikan selama berbulan-bulan. Saya muak. Efeknya saya sampai berteriak-teriak ‘bohoooong‘ setiap kali melihat atau mendengar iklan layanan internet berbasis GSM yang berkali-kali dalam sehari ditayangkan di televisi. Betapa tidak benarnya iklan-iklan itu! Katanya mudah, cepat, murah dan bisa di mana saja. Mari kita bahas satu persatu ya ;
1. Mudah? Tidak semudah itu ternyata, melihat apa yang saya alami. Setting awal yang sering kali tidak dijelaskan dengan baik membuat kita sebagai pelanggan harus mencoba berkali-kali karena ternyata provider pernah beberapa kali mengganti setting jaringan. Dan ternyata tidak semua operator paham apa yang harus dilakukan. Saat saya bertanya apakah saya bisa dipandu melalui menu yang muncul di layar saat modem dibuka, jawabannya adalah, mereka tidak memegang sampel modem, jadi tidak bisa melihat apa yang saya lihat di layar. Bagaimana saya bisa dibantu jika begini.
2. Cepat? Jelas sama sekali tidak cepat. Bahkan sampai saya menulis artikel ini, sejak tadi pagi jam 8 sampai sekarang jam 11.22 saya belum berhasil membuka message di Facebook, bayangkan!!!
3. Murah? Jelas tidak. Kalau saya membayar 199 ribu satu bulan, dalam satu tahun saya kira-kira membayar hampir 2,4 juta, untuk layanan yang seperti ini kualitasnya. Hampir sama dengan yang harus saya keluarkan jika, misalnya berlangganan First Media atau yang lainnya, yang sayangnya tidak sampai di daerah tempat tinggal saya.
4. Bisa di mana saja? Jelas tidak bisa. Karena di dalam puluhan komplain saya yang katanya direkam dan dicatat oleh provider tersebut, sering kali saya dengar kata-kata seperti ini ; “Memang beberapa waktu belakangan ini sering ada gangguan, tetapi kita sedang berusaha meningkatkan layanan, mohon maaf ya Ibu.” Kalau memang belum siap berjualan, jangan jualan makanya. Atau kalau di beberapa tempat sinyal bermasalah, katakan dong di mana saja tempat-tempat yang sering bermasalah itu, sehingga sebagai pelanggan kita punya pilihan, mau membeli jasa mereka atau tidak. Atau kalau jaringan saat ini terlalu penuh karena jumlah pelanggan terlalu banyak, janganlah beriklan banyak-banyak, atau terlalu sering. Buatlah pengumuman atau informasikan kepada pelanggan, kalau sedang tidak sanggup menanggung banyaknya jumlah pelanggan yang naik dengan cepat.

Sebagai pelanggan, sering kali kita mendapat perlakuan semacam ini. Tetapi kita juga sering membaca berita kalau provider ini dan itu mendapat penghargaan untuk prestasinya di bidang ini dan itu. Tahu kenapa? Karena menurut saya mereka hanya menghitung kisah-kisah suksesnya, tanpa menghitung kisah yang gagal seperti saya. Coba kalau mereka menghitung dengan benar, pastilah akan tetap lebih banyak kisah gagalnya. Sayangnya juga konsumen tidak selalu bijak. Jarang ada konsumen yang mau repot-repot menuntut hak mereka, bahkan menelfon bagian komplain saja sudah malas. Mungkin karena para produsen juga tidak pernah mau repot-repot menyediakan jalur komplain untuk para pelanggan atau konsumennya. Jangankan mendapatkan kesempatan didengar atau dibantu, berhasil menelfon saja seringnya tidak, karena di ujung sana tidak ada yang mengangkat telfon. Maka teman-teman, saya anjurkan, jadilah juga konsumen yang baik, yang akan rajin memberi kritik atau masukan dengan sering-sering menyampaikan keluhan terhadap produsen, jangan malas duluan. Supaya para produsen, apapun itu, juga belajar mendengarkan suara konsumennya. Supaya mereka menjadi sadar apa yang menjadi hak kita para konsumen. Sampaikan keluhan anda dengan benar, dan dengan tepat. Bagaimana caranya?
1. Sampaikan keluhan dengan sopan, jangan marah dan berteriak-teriak atau memaki-maki. Karena anda akan cenderung tidak lagi didengarkan, orang akan malas melayani kalau sudah merasa sakit hati.
2. Sebutlah nama anda sebelum mulai mengeluh, kalau perlu identitas dan daerah tempat tinggal. Sehingga tidak terkesan anda hanya mau marah-marah dan menjadi pengecut.
3. Sebutkan keluhan anda dengan tepat. Pahami dulu apa yang kira-kira menjadi masalahnya. Jangan asal mengeluh saja. Karena jika tidak bisa menyebutkan dengan tepat masalahnya, atau tidak bisa bercerita dengan baik dan benar, mereka juga tidak bisa membantu anda.
4. Mintalah mereka memberikan solusi segera, jika perlu sebutkan nomer telefon anda, dan mintalah mereka menelfon kembali jika berhasil/tidak berhasil menangani keluhan anda. Dan sebut juga kalau anda akan menelfon kembali jika belum ada perubahan, atau anda belum merasa terbantu. Ini penting, agar mereka sadar kalau kita ini sedang serius sekali.
5. Jika operator yang melayani anda terdengar tidak cukup bisa membantu anda, segeralah minta berbicara dengan orang lain yang sekiranya lebih memahami masalah anda. Jangan segan melakukan itu, sudah menjadi hak anda mendapatkan layanan yang baik.
6. Jika ternyata tidak kunjung juga mendapat bantuan yang diinginkan atau tuntutan anda tidak terpenuhi, belajarlah untuk sabar dan menelan semuanya bulat-bulat seperti saya, sambil mengelus dada, dan terus prihatin terhadap nasib para konsumen di Indonesia, yang sering kali menjadi korban para produsen yang terlalu bernafsu berjualan produknya tanpa pernah mampu memberikan layanan seperti yang dijanjikan.

Semoga saja konsumen di Indonesia semakin sadar apa yang menjadi hak mereka, dan tidak terlalu malas menuntutnya. Saya masih berharap secara umum layanan terhadap konsumen menjadi semakin baik, karena lelah juga marah-marah terus. Dan semoga saja layanan internet lain yang akan dipasang di rumah saya lebih baik dari yang sebelumnyaaaaaa..!